Jumat, 24 November 2017

 AKU MENCINTAIMU, MAKA AKU MENULIS


   
   Aku tahu apa yang aku rasakan. Aku mengerti apa resiko yang akan aku dapatkan dengan mengambil jalan mencintai seseorang secara diam diam, karena diamku tersimpan ketulusan, diamku menyimpan kekuatan dan harapan, diamku adalah cara untuk memperjuangkanmu karena menurutku pun diam adalah sebuah perjuangan yang sangat mengesankan, walaupun dalam diam aku merasakan sakit dan bahagia dalam waktu bersamaan.biarkan perasaan ini tumbuh layaknya bunga yang bermekaran namun tak ada orang yang mengetahuinya, aku berada jauh diantara pandangan orang-orang, meski kelopakku megah, harumku mewah, namun tak ada yang mengetahui tentang keberadaan rasaku karena yang aku cintai adalah teman seperjuanganku, panggil saja dia muham.

Awalnya sifatku yang hanya penasaran dengan kehidupan orang-orang pendiam karena ayahku adalah seorang lelaki yang bisa dibilang pendiam, aku yang pertama kali mengirimkan pesan kepadanya dengan menanyakan sesuatu yang tak terlalu penting dengan via sms karena dia tidak mempunyai sosial media satupun, rasa penasaran ku semakin meningkat karena aku tidak dapat mengetahui informasi tentangnya, waktu itu ketika liburan sekolah yang panjang.....

Pertama kalinya setelah aku mengirim pesan untuknya dia tersenyum untukku,akupun bergegas untuk menceritakan nya pada sahabat ku yaitu karla,

sontak karla pun menanggapi ceritaku “apakah kamu pernah memikirkan  apakah dia tersenyum untukmu atau tidak?” tanyanya.

”andai saja ya kar ia tahu bahwa jika dalam setiap harinya bahwa aku tidak pernah tak tersenyum untuknya”

“jikapun ia tersenyum untukmu, apakah ia selalu memberitahumu jika ia tersenyum? Apakah ada alat yang seperti notifikasi pada jejaring sosial, yang ketika ia membaca pesan kita, kita tahu, yang ketika ia tersenyum dengan memberikan tanda senyum pada status kita, kita tahu? Adakah alat seperti itu? Alat yang memberikan pesan untuk kita, jika malam ini, tepatnya jam 8 malam, dia memikirkanmu dan tersenyum untukmu? Aku yakin tidak ada kecuali nanti, ketika dia menjadi milikkmu seutuhnya” jawabnya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi,

kemudian kita berbincang hingga larut malam,
akupun bertanya pada karla “sampai kapan aku harus bertahan kar?” “sampai senja memutuskan untuk terlelap diterakhir kalinya” jawabnya.
Dan itu artinya aku harus dan terus bertahan.

dari situ aku selalu mengawasimu dari jauh, untuk pertama kalinya aku merasa kamu adalah alasanku untuk selalu berjalan dijalan ini tanpa bayang bayang seseorang yang pernah menyakitiku. seperti angin, seperti debu, aku tidak bisa menangkapmu, aku sulit untuk melihatmu, meski engkau melintasiku dan tidak mengingatku, aku akan selalu mengingatmu walaupun hanya angin yang membawa aromamu, aku tahu itu kamu, berjalan dengan jarak yang mengganggu, aku menahan nafas sakit saat melihatmu dengannya, seperti dunia yang berhenti tapi kamu tetap  berjalan dengan indahnya, terjun bebas dari mata menuju hati, pikiranku yang tak bisa dikosongkan darimu itu menyedihkan, secepatnya aku berlari menjauhimu, dengan mata tertutup aku terjatuh, penuh lumpur dan luka ditubuh, tolong abaikan aku meski hatiku robek menjadi dua namun aku jadi bisa melihatmu sejenak saat kau berlalu, kamu memang mengabaikanku, aku senang kamu mengabaikanku karena jika kamu selalu baik padaku, dan kamu tidak lagi begitu, itu masalah baru untukku, aku harus berusaha untuk tidak membiasakan kebaikanmu, karena itu sulit

dengan seiring berjalannya waktu aku lebih mengenal nya, aku mengetahui informasi tentang nya, dan dia lebih terbuka padaku, entah mengapa ketika melihatnya, aku seperti melihat ayahku yang mempunyai sifat cuek, humoris dan mahir akan salah satu olahraga yaitu renang, persis seperti dia. Kita banyak mempunyai kesamaan dari hobby membaca, berenang, serta kita menjadi guru renang dari salah satu sekolah, dari situ kita selalu mempunyai waktu untuk bersama walaupun hanya beberapa detik saja, semenjak itu aku berfikir bahwa kita hidup dalam lingkup yang teramat sempit, rasa ini mungkin dirasakan bukan hanya aku saja tetapi dirasakan oleh semua orang yang jatuh cinta kepada seseorang, semua hal tertuju padanya, dengan tanpa lupa kita selalu mencari tahu tentang keberadaaanya, sayangnya, jika kita terlalu mengejar dan memerhatikan dia, akan ada hal-hal yang seharusnya kita lakukan menjadi lupa bahkan tidak kita lakukan, rasa ini muncul karena terlalu sering bersama dengannya,

Pada saat latihan renang aku dan muham saling berbincang, aku selalu memancing pada perbincangan tentang orang yang disukainya, lama-kelamaan muham menceritakan dari awal dia dekat dan sampai akhirnya rasa dia mulai hilang,dia membuka ceritanya dengan nama yang tidak asing lagi bagiku yaitu nurul, nurul adalah teman sekelasku, dia orang yang lucu, baik, feninim yang jauh beda sifatnya denganku, ketika kamu menceritakannya, seakan nafasku tiba tiba berhenti dan aku berusaha untuk menyembunyikan rasa cemburuku dihadapannya, pada saat itu pertama kalinya aku sakit hati .

” Karena aku seorang yang dapat menyembunyikan rasa cinta walaupun dalam jangka waktu yang lama namun aku sulit untuk menyembunyikan rasa cemburu,” gumamku dalam hati

setelah kejadian  itu aku pulang dengan keluh kesah yang ku sembunyikan pada wajahku ini, sedetik saja, andai satu jam saja aku lebih dulu mengenalnya dari pada dia dan aku mempunyai keahlian untuk membuatnya nyaman. Bibir ku kelu tak mampu berucap sepatah katapun,” jika memang apa yang ku perbuat untuknya tidak dapat membuatnya peka, tapi andai saja dia melihat ada satu pena dalam mataku yang ingin sekali aku tuliskan dalam ingatanmu bahwa aku akan selalu ada dan tinggallah dalam hatiku, air mataku dan dalam ingatanku. tidak mengapa jika bagimu aku tidak menyenangkan karena yang aku mau adalah aku menjadi seseorang yang dapat menenangkan hatimu dan jika boleh aku ingin memenangkan atas kamu, tapi dia lebih dulu mengenalmu dari pada aku. Tidak mengapa, jika kamu sudah lelah dengannya, silahkan. Aku akan selalu terbuka bahkan untuk kebahagiaanmu dengannya, aku akan selalu membukakan pelukanku, untuk doa doa yang kau tunjukan atas nama orang yang kamu cintai” tulisanku dalam buku yang kusebut diary

Sejak saat itu pun aku tahu kenapa kamu selalu menolak ajakanku tetapi kamu selalu meng’iya’kan ajakan dari nya, aku yang selalu berusaha belajar untuk mengajarkanmu, aku yang selalu berusaha untuk tetap bisa membantumu walaupun itu sangat merugikanku dalam hal apapun,dan kenapa aku dengan berusaha mengajarkanmu, tetapi kamu lebih  mengajarkan dia. Itu menyakitkan

Sore itu aku melihatmu dengannya , dia sudah mempunyai janji denganku untuk latihan renang, tetapi h- 1 jam dia memberiku kabar bahwa dia tidak dapat berlatih hari ini, dan aku melihatnya dia lebih memilih pulang bersama dengan orang yang dicintainya, dari pada berlatih renang denganku, “aku yakin yang kamu tahu usaha yang aku lakukan untukmu adalah hanya untuk mengisi waktu luangku, kamu salah! Andai kamu tahu bahwa sekecil apapun yang telah aku berikan adalah bukan semata keisengan belaka, meski kamu bilang dilakukan hanya iseng, tapi tidak mengapa menurutku iseng adalah sebuah kata yang ingin menyembunyikan kesungguhan, didepanmu aku tidak ingin terlihat sungguh-sungguh apa yang telah aku lakukan, jika kamu tahu waktu dan tenaga yang aku berikan, aku harap kamu memahaminya” resahku dalam hati

Sepulang sekolah, dia pulang bersama monika sang wanita yang ia cintai. Rasa cemburuku semakin meluap dan aku yakini bahwa aku akan merasakan sakit setiap harinya, aku bergegas meninggalkan sekolahku karena aku tidak ingin rasa sakitku semakin lama semakin berlarut ketika melihat mereka, aku merenung dalam keadaan hujan,dan seakan hujan merasakan apa yang aku rasakan hari ini “sakit” hatiku selalu seperti ini dan malam nanti aku akan menyelundup rindu yang tumpah dibalik bantalku, dan kemudian kamu berbisik padaku “aku akan datang menemuimu” aaaaah sudahlah itu hanyalah hayalan belaka

Ketika aku  merenung dengan menatap hujan tiba tiba karin menepuk punggungku “berhentilah meratapi keadaan, berhentilah bersedih jika dihari ini kamu sedang tidak merasa baik, karena banyak orang yang mempunyai masalah lebih besar dari ini, kamu akan mendapatkan efek dari merenung seperti ini misalkan mendapatkan nilai yang jelek saat ujian, kamu telat masuk sekolah, dikecewakan teman karena dia marah tanpa memberikan aba-aba karena sikapmu, memang kebanyakan orang akan merasa masalahnya paling berat, tapi sebenarnya tidak” ucapnya

Semenjak itu buku diaryku penuh akan kisahmu, ku tulis “Tuhan, saat ini aku mencintainya dengan pasrah, jika suatu hari kamu menganggapku sudah melupakanmu. Percayalah, itu adalah keberhasilan sandiwaraku yang berpura-pura tak bersungguh-sungguh dalam mendamba, aku tahu hidup akan berhimpitan dengan keadaan kemudian semesta memaksa menerima sebuah perubahan, kebersamaan yang tidak bisa diperjuangkan adalah salah satunya, aku tahu mungkin bukan hanya aku yang menyisipkan 17 huruf namamu dalam doa yang bertarung dilangit singgah sana, tetapi kamu adalah maya yang aku nyatakan kehadiranmu melebihi penawar lukaku terdahulu, sudah ku upayakan agar kau juga meyakini bahwa baginya perihal bersama cukuplah  mudah dan sederhana. Namun, lagi-lagi ketidakpedulianmu menyadarkanku lebih dulu bahwa diriku sama sekali tak kau ingini. Sudah kuupayakan agar kau enggan untuk pergi dan tetap bersua seperti biasanya. Namun, kau tetap sama tak mengganggap keberadaanku yang menjadikanmu tokoh  utama dalam doa, sudah ku upayakan agar padamu sabar adalah tak terbatas. namun, kau lupa bahwa kau tengah dicinta oleh manusia tak sempurna. Setelah berjuang dan berusaha yang begitu membuatku lelah, kini usai sudah, ku cintai kamu dengan pasrah”

Pada paginya hujan pun turun aku segera pergi untuk melatih renang di SDN karya mekar, aku berangkat bersama dengannya, setelah sampai di SD karya mekar untuk menjemput anak pelatihan, aku berlari terlebih dahulu, karena hujan dan dia memarkirkan motornya, aku masuk kedalam kelas dan  kubuka jendela kelas yang abu, rintik hujan semakin menghilang oleh hujan yang menyatu, seketika kamu datang dengan kedua tangan menutup kepala,aku memandangimu yang mulai terguyur hujan, akupun mulai basah dengan masa depan, aku terdiam, saat itu jelas sekali, wajah yang ku rindukan, rotasi menggiringnya ke mari, telah datang jauh-jauh sebelum akhir penantian, aku sekarang benar –benar bahagia, tercermin dimataku keningmu yang mengernyit, kau perlahan senyum dibalik wajah canggung, kau sangat indah, aku tidak dapat mencegah pandanganku karena dengan sadar atau tidak sadarpun ada seseorang yang lain yang dengan baik menjadikanmu sebagai alasannya untuk tersenyum, kamu selalu tersenyum untuknnya dan tanpa sadar ada seseorang yang tersenyum karenamu yaitu aku. Namun, jika perhatian tak dapat kuberikan secara langsung, jika perasaanku tak dapat aku tunjukan, ketahuilah, akan ada satu jalan untukku agar selalu bisa menunjukannya dengan sepenuh hati, denggan impian-impian tentang kebahagiaanmu, karena impianmu adalah impianku, tetapi impian dia adalah impianmu.

Akupun sering melihat dia berduaan bersama monik,terkadang air mataku jatuh dengan sendirinya karena hatiku bukan kayu melainkan langit yang luas. Namun, kau harus tau, langitpun pernah menangis, dalam diamku kamu hanya melihat apa yang kamu lihat, dan aku selalu melihat apa yang selalu aku lihat dengan selalu menimbulkan rasa sakit setiap harinya, aku menunjuk pada wajahku sendiri didepan kaca toilet dan berkata “siapa aku untuknya ?” air matapun jatuh dengan derasnya

Ku ceritakan kembali dalam diaryku atas nama senja,” saat ini senja mulai mengeja rasa, meninggalkan perih akan sebuah hati kecil yang terkucil dan menggigil, senja seperti mengulas kecewa yang begitu dalam, tak ada lagi senyum, hanyalah diam, tak ada lagi harapan dan senja yang mengukir kenangan menampilkan kisah tentang dirimu yang kini mulai menghilang, kabut hitam mulai menutupi pintu hati, membuat jiwa tak lagi berharap, pergilah dan disenja yang lain akan indah mengusungmu”

Banyak dari kita yang pandai dalam menyimpan sesuatu hal, saking pandainya kadang kita membohongi diri sendiri, kadang teman-teman sekelasku bertanya “apa kau mencintainya?” “apakah kau selalu rindu dengannya?” sontak aku menjawab “TIDAK” dengan nada yang seakan akan membuat yakin temanku, aku tau itu lain dibibir dan lain dihati,

 entah mengapa rasa rindu yang setiap harinya datang ketika dia tidak memberi pesan via whatsapp untukku, saat itu aku benar-benar rindu, karena  merindukanmu adalah kebenaran yang menyenangkan. Mencintaimu? Itu menenangkan. Bukan tidak mungkin sebab saat aku didekatmu mulutku seakan terus menarik agar membentuk satu senyum simpul, terima kasih untukmu karenamu masalah sebesar apapun akan terasa lebih ringan, karena senyummu membantu kesedihanku menjadi bahagiaku.

Sepulang sekolah, aku selalu memikirkan pertanyaan teman-temanku, dan aku berbohong  bahwa aku tidak mencintainya

“hai diary tadi aku berbohong, mengapa aku mencintainya? Karena cinta ini aku harus menahan sakit yang tearamat sering, cinta yang datang ini karenamu, mengapa kamu hadir tanpa mengetuk, pergi dengannya tanpa pamit, cintaku bak layar perahu yang berkembang indah, namun kemudian tiangnya patah dan hilang arah, kamu tau perahu itu ibaratkan aku, cinta ini karenamu rindu yang hilang dan terhempas juga karenamu, kamu yang membuat rasa cinta ini hadir dan kamu juga yang menyebabkan dari cinta ini aku merasakan sakit. Cinta ini karenamu, adanya rindu juga karenamu, aku dan kamu tak bertepuk sebelah tangan namun akhirnya kamu juga yang membalikan tangan” tulisku

Harapku kamu memahamiku, tapi itu tidaklah mudah. yang aku tahu, ada rasa cinta yang terkadang menjadi ketidakbaikan adalah cinta yang terkesan buru-buru dalam rasa ingin memiliki, iyah aku hanya sekedar ingin menjadi miliknya bukan tentang menjadi yang memiliki semua hal tentangnya, setelah itu aku tidak tahu harus berbuat apalagi ketika waktu sudah terbilang cukup lama dalam memendam rasa ini, mencoba pada usiaku yang seharusnya aku lakukan untuk menimba ilmu yang tak terbatas, kekalahan skala prioritas tinggi hanya karena ingin terlihat olehmu, meskipun mencintaimu dalam diam adalah menyenangkan  bukan berarti itu akan selalu baik saat mengenangnya, ya ketika saat aku mulai menjauh darimu tanpa sebuah komitmen yang dijalankan.

“Kriiiing kriing” suara pesan whatsapp yang kulihat itu ternyata pesan darimu, aku sebenarnya tak ingin membalasnya karena aku selalu merasakan sakit hati olehnya. dari pesanku yang hanya di baca saja tanpa dibalasanya, tapi kamu tau semua kalah dengan rasa ku terhadapku, aku ingin marah, aku ingin meluapkan semua rasa cemburuku terhadapmu, namun entah kenapa ketika aku bertemu dengamu semuanya hilang, aku kembali menganggumimu,

“mantanku dekat lagi denganku” isi pesannya, aku semakin ingin sekali mundur, karena aku yakin aku tidak akan memenangkan atas kamu, dengan senyumku yang seakan mengucap “aku kalah, dan ia menang”

Setelah ku baca dan mendengarkan voice note dari dia, aku berusaha memberikan respon yang baik, tidak menjurus pada perasaanku bahwa aku sakit mendengar itu, karena tugas pertama dalam cinta adalah mendengarkan. Ya, mendengarkan yang tak terucap ketika aku hanya mampu diam, percayalah bahwa sesungguhnya aku tidak benar-benar diam, cinta yang baik adalah yang mampu memahami keadaan yang dicintanya, aku selalu menjadi pendengar yang baik, aku rawat setiap perkataan yang kau ucapkan sebab kamu membutuhkan kenyamanan dan ketulusan tentang sebuah teman.

Andai kamu tahu bagiku kamu adalah penyeimbangku saat ini, walaupun ketika saat didepanmu aku seakan jatuh berkali kali, tak mampu berdiri tegak, bagiku kamupun adalah duniaku saat ini, meski sepanjang aku di depanmu, aku tidak bisa bernapas hanya mampu tertunduk menjaga pandanganku, aku harap kamu bisa menjadi peneman hidupku, kala ketika aku hilang arah. Ya walaupun aku tau sekarang aku mencintaimu dengan baik dan dengan baik pula kamu mencintainya, tanpa pernah kau memikirkan aku baik-baik saja atau tidak, kamu selalu mengunjungi mimpiku disetiap malam, bermimpi tentang mimpi yang selalu kupanjatkan melainkan hati tentang sebuah harapan untuk bisa bersamamu orang yang aku cintai, sayangnya itu hanya sebuah mimpi.

Aku terbangun diserpihan debu jalanan, mendambakanmu terlalu merusak nalarku, wanita menurutku begitu unik, mereka ingin dimengerti tentang perasaannya tetapi mereka tak ingin mengatakannya, sudah jelas lelaki lah yang akan menjadi yang tersalahkan

Kala itu langit tak terucap sepatah katapun, tiba-tiba kilatan datang tanpa permisi, bergegas aku menepi ke sebuah cafe yang terdekat dengan lantang pandanganku, sembari menunggu hujan reda walaupun sebenarnya bukan satu-satunya karena hujan aku kesini, melainkan karenanya, ia yang tetap anggun dengan kebaikannya membuat gelapnya langit diluar menjadi terang. Jujur aku tidak mengenalmu bahkan mengetahui minuman atau buku bacaan yang paling kamu sukai aku tidak tahu. Namun yang perlu kamu tahu dan aku tahu, aku akan mencoba untuk mengetahuinya dengan caraku sendiri bukan dengan cara orang lain lakukan, aku tak khawatir  dengan berapa waktu yang yang kuperlukan untuk mengetahui semua tentangmu, aku hanya akan tetap disini memperhatikanmu dengan nyaman dalam diamku, semoga suatu saat kita dapat bertemu untuk dipersatukan ketika aku dan kamu sudah paham tentang bagaimana cinta itu harus bertindak, sebab bagiku bertindak ini bukan berarti kita harus memulai bersamanya dari sekarang hingga nanti, bertindakku bukan berarti harus mengucapkan janji-janji yang aku sendiri kadang tak yakin dengan hal itu bukan karena hanya ingin membuatnya bahagia secara sementara.

Dikeheningan malam pun kutulis kembali tentangmu dan tentang diamku “ bahwa Diamku adalah caraku menjagamu. Kau terlalu indah Sampai lisanku tak mampu lagi berucap kata terbaik yang bisa melukiskanmu. Kau terlalu sempurna Sampai anganku tak mampu lagi lebih jauh untuk bermimpi. Kau terlalu hebat Sampai langkahku terus saja tertinggal darimu dan aku hanya mampu melihatmu dari belakang. Kau terlalu jauh, itulah mengapa aku… ....diam
Diam dalam ruang pribadiku Mengatakan sebuah beban dan harap yang tertulis dalam goresan kepalaku. Inginku sederhana, Aku ingin kau bahagia, Aku ingin kau lebih dari apa yang kau miliki sekarang, Dan aku, ingin menjagamu Dalam setiap langkah yang kau pijak, aku ada. Caraku menjagamu adalah dalam diamku Karena aku tau, menjaga adalah untuk seseorang tetap nyaman. Aku diam, karena aku ingin kau tetap nyaman, Ingin sekali ada satu hembusan yang belum aku dapatkan darimu hadir dalam hidupku. Aku ingin berhak untuk ada Hingga sampai di mana ketika kamu terluka, aku menjadi pohon besar bagimu Menjadi tempat sandaranmu, teduh dan menyejukkan Mungkin ini adalah takdirku, meretas kerinduanku yang tak mungkin terjadi, Memelukmu dengan satu kehangatan yang berbeda, Binar mataku dan kamu berbeda, Apa kau tak sadari itu? Tak kau lihatkah ada satu pena dalam mataku yang ingin aku tuliskan dalam ingatanmu? Aku, akan selalu ada, dan tinggalah dalam hatiku, air mataku, dan dalam ingatanku”

Mendoakanmu, karena itu adalah caraku memelukmu dari jauh. Setiap malam aku tidak pernah absen untuk memanjatkan nama mu dalam setiap doaku , membicarakannmu dengan Tuhanku, mendoakanmu semoga kau baik baik saja dan semoga Allah selalu melindungimu karena aku tau, aku tidak mungkin bisa menjagamu.aku Tahu bahwa semuanya akan berakhir sia sia. Namun aku tetap saja menunggunya.

Aku sadar, aku tau dan aku mengerti jika memilih untuk mencintaimu diam diam tidak akan membuahkan hasil apapun, namun itu adalah pilihanku untuk mengagumimu dari jauh.

Bahagia walaupun Hanya melihatnya. Ya, aku bahkan begitu bodoh karena melihatmu tersenyum ke arahku adalah hal yang luar biasa menurut ku, taukah kau bahwa senyum mu itu selalu saja terbayang ketika aku akan tidur? Dan Hanya Tersenyum ketika melihatmu bersama orang yang kau cintai. Ya, apa yang bisa kita lakukan selain tersenyum dan menguatkan hati ketika melihat orang yang kita cintai bersama dengan orang yang ia cintai? Walaupun sakit yang aku rasakan, namun itu adalah pilihan yang terbaik.

Cinta sejati adalah ketika kau melihat orang yang kau cintai bersama dengan orang yang ia cintai, namun kau tetap mampu tersenyum dan berkata "aku turut bahagia untukmu "

Dan aku masih saja mencintaimu diam-diam, walaupun aku harus menangis setiap malam, memohon keajaiban agar datang kesadaran pada dirimu, mengalami rasa sakit sendirian. Namun tetap saja aku tidak bisa melepaskan rasa ini. Karena bagiku, cinta diam-diam adalah cara Tuhan untuk mengajarkan aku bagaimana menjaga kehormatan perasaanku, Cara Tuhan untuk mengajarkan aku bahwa berharap hanya pantas di gantung kan pada sang pengatur detak jantung. Bahwa berharap hanya pantas di tunjukan untuk sang pemberi nafas. Dan cinta diam-diam mengajarkan aku untuk tau bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang cukup hanya aku dan Tuhan yang tau. Dan aku yakin, ketika aku menjaga kehormatan perasaan ku saat ini. Tuhan juga sedang mempersiapkan seseorang yang sedang menjaga kehormatan perasaannya.

Karawang, 24 november 2017 (10.08)


Kamis, 31 Agustus 2017

Tulisanku masih tentangmu

📝Aku yang ditinggalkan tiba tiba📝

Yang pertama kali memulai pembicaraan ketika bertemu.
Yang pertama kali menawarkan sebuah temu.
dan menarik senyumku yang masih malu.

hingga yang pertama kali memberi keyakinan bahwa kita memang lebih baik bersama.
Apa kau masih ingat siapa diantara kita yang memulainya?

Tak usah dijawab dengan suara, kuharap kamu tidak lupa apa jawabannya.

Padamu,
aku sempat percaya.
Bagaimanapun kita pernah membuat satu sama lain bahagia
Kamu adalah seseorang yang dalam banyak hal adalah yang pertama

Tak usah dijawab dengan suara,kuharap kamu tidak lupa apa jawabannya.

Tak ada yang akan bisa mengambil posisi itu darimu
Karena bagaimanapun juga
Benar adanya,kaulah yang bertahta dihati wanita sementaramu ini

Namun aku tak sangka,
Kau manusia yang paling mudah lupa
Pantas saja kau mudah untuk mengakhirinya

Sedangkan aku, mana bisa?
Hingga saat ini aku masih mengingat dengan jernih setiap detail kecil dari perjumpaan kita

Aku ingat,
Ke arah mana pandanganmu saat dirimu mengakui perasaan untuk pertama kalinya,

Aku ingat,
bagaimana dirimu tertawa,nada bicaramu saat bercerita
Dan dalam hati,
Aku mengharapkan ada aku di masa depanmu.

Aku tanya,seperti apa rasanya ditinggalkan?
Tak ada kata yang benar-benar bisa menggambarkannya,
dan ini bukan kebetulan saja
Kita tak biasa membicarakan patah hati secara terbuka

Mungkin karena takut saling menyakiti
Atau mungkin karena takut kembali luka
Dan kamu tak akan bisa mengerti rasanya kecuali pernah mengalaminya

Jadi tentu saja kamu tidak memahami kenapa aku meracau seperti ini
kenapa masih sulit bagiku untuk menganggapmu masa lalu?

Mungkin karena kau meninggalkanku tiba-tiba.
Benar,
Tiba-tiba.

Tidak apa-apa,
Terserah kau saja.
Memang sudah keputusanmu,dan jika begitu,aku bisa apa?

Tenanglah,
suatu saat nanti kamu akan tahu
Kamu salah telah meninggalkanku
Kamu telah kehilangan setulus tulusnya pendampingan

Perlu kau tahu
Kau adalah orang pertama dari segala
Kita sama sama bahagia,lalu kau mengakhirinya dengan tiba-tiba

karawang, 31 Agustus 2017 18.11

Minggu, 13 Agustus 2017

Aku rindu maka aku membaca

Sejauh apapun kamu pergi aku yakin disuatu masa nanti kamu kan kembali. Mungkin sekarang hanya rasaku yg sendiri tetapi kamu selalu dihati dan bersamai langkahku. Senyummu yang penuh arti, sabarmu meladeni sikapku ini, nasihatmu perbaiki diri tanpa sedikitpun menyakiti padahal apalah daku yg lebih banyak menyebalkan, keras kepala,  membuat kecewa, dan hanya sering meminta maaf padamu karena aku tak kunjung berupaya lebih baik.

Aku sama sepertimu. Mudah melemah, rapuh, putus asa, jenuh, lelah dengan segala rutinitas yg ada. Namun sungguh sayang sekali jika sekarang kita justru kalah duluan sebelum peristirahan yang membahagiakan. Tempat ini bukan untuk bergurau, kita masih jauh ke tepi perbatasan. Maukah kamu bersabar sedikit saja. Aku berupaya, kamu berusaha. Dua kekuatan akan hasilkan sinar yang benderang tidak peduli hamparan meredupkan. Cukup jalankan peran yg ada untuk simpanan keabadian.

Jika saat ini kamu rehat sejenak tidak mengapa, tidak akan ada yg memaksa. Aku memang pernah meninggalkan seseorang yang amat baik dan berarti dlm hidup meski aku akui kehilangan dirinya namun itu tidaklah seberapa. Jauh lebih menyakitkan jika hal itu adalah kamu kawan kebaikanku.

Semua memang ada masanya. Aku paham hal itu. Jangan keliru, tanganku selalu siap mengandengmu walau untuk menyemangati diri akupun perlu kamu. Namun jangan pernah untuk menghilang apalagi pergi dari pilihan yg telah diikrarkan. Sungguh sayang.

Dekapanku selalu terbuka untuk memeluk jiwamu, mengguatkan agar tak ada yang pergi dan hilang kecuali kematian. Aku tetap disini menanti kamu kembali menapaki langkah bersama-sama seperti dulu lagi. Berdoa agar aku dan kamu tetap diluruskan, dikuatkan niatnya dari kelokan penghancuran.

Rangkulan, 07 agustus 2017
@fatimahyuliani

Senin, 02 Januari 2017

aku pamit :"



Aku pamit.
Kalimat itu sudah diketik, hampir saja dikirim pada sebuah nomor yang selama ini cukup spesial baginya. Tapi kalimat berisi dua kata itu dihapus lagi. Ia justru mematikan handphonenya. Menyimpan di bawah bantal. Kemudian, ia menangis. Menangis pelan namun deras. Tidak ada artinya kata pamit. Semua berawal tanpa kata, selesai pun tanpa kata, pikirnya. Perempuan itu lalu sejenak terdiam, menatap dinding birunya yang mengusam, membaca lembar demi lembar catatannya yang menuliskan semua perasaannya.
Perempuan sembilan belas tahun itu masih menangis.
Tiga tahun lalu, tanpa kata cinta layaknya sepasang muda-mudi menjalin tali asmara, dua orang ini justru saling menjauh, memilih menghindari perasaan mereka, sampai suatu waktu, tabir-tabir tersingkap dan mereka pun tak mampu menutupi lagi apa yang ada di hati mereka. Tidak ada tali apapun yang mengaitkan hati mereka, sungguh tidak ada. Atau kalaupun ada, mungkin tali itu yang disebut orang-orang bernama perasaan. Perempuan itu, tiga tahun menyimpan perasaannya. Bukan waktu yang lama. Sungguh singkat sebenarnya.
Tidak ada yang tahu, tapi sesosok laki-laki yang ia beri nama “Langit” mengerti dan memahami. Sesosok laki-laki itu membuatnya memiliki harapan. Jauh perjalanan mereka. Harapan-harapan itu menggantung dalam doa. Hingga perempuan itu kini mendapati banyak “Langit” yang juga siap memantulkan warna birunya untuknya. Perempuan itu jengah. Bukan ia berhenti mencintai Langitnya, tapi karena ia mengerti satu hal. BELUM SAATNYA MENCINTAI LANGIT. Sungguh belum saatnya. Dan kali ini, ia benar-benar menghayati kalimat itu.
Aku pamit.
Kalimat itu diketiknya lagi. Tapi satu persatu hurufnya ia hilangkan lagi dengan tombo lbackspace. Perempuan itu akhirnya terdiam. Ia tahu hatinya sungguh lemah. Berkali-kali kata pamit itu terucap, tapi perasaan itu belum juga mau pamit dari tuannya.
Maka ia memutuskan untuk diam, berusaha menjadi tegar. Diam-diam, ia pamit pada perasaan yang pernah ia sebut cinta. Diam-diam, ia pamit pada kata penantian yang pernah memenuhi halaman buku catatannya. Tiba-tiba, ia membiarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya tanpa perasaan menyesal, apalagi takut kehilangan. Diam-diam, ia berhenti mengamati gradasi warna biru yang ditampakkan Langit. Diam-diam, ia menutup semua ceritanya sendirian. Perempuan itu menjadi tegar.
Ia tengah asyik bercerita dengan taman bunganya. Ia tengah asyik bercengkerama dengan bunga-bunganya yang mekar. Ia tengah asyik mensyukuri karunia-Nya. Ia tengah asyik belajar bagaimana caranya menjadi bunga yang mekar dan indah untuk dipetik. Tidak ada yang berubah. Ia memilih pamit. Dan lihatlah, Tuhan menguatkan hatinya.
Mungkin, di suatu waktu, hari, dan tempat yang dirangkai-Nya, ia akan kembali bertemu dengan Langit. Ia harus menatap birunya, bahkan bercengkerama dengan matahari dan bulan bintangnya. Bahkan, mungkin, perempuan itu juga berkesempatan untuk menjelajahi isi Langit. Mungkin. Jika seseorang yang ia sebut Langit itu dia yang membuat ia menangis malam ini, maka memang garis Tuhan menitahkan begitu. Jika bukan, Langit itu pasti tetap biru dan membuatnya bahagia. Karena takdir Tuhan tidak akan pernah tertukar.
Perempuan itu lalu tersenyum di antara bulir-bulir air matanya. Sungguh, ia tidak tahu apa yang ada di dalam hati seseorang yang ia sebut Langit itu. Mungkin, ia masih menyimpan harapan. Mungkin, di dalam hati perempuan itu juga. Aku juga tidak tahu isi hatinya. Aku hanya seonggok buku yang pernah ditulis oleh perempuan itu. Aku pernah tahu tentang semua isi hatinya. Ah, tapi perempuan itu sekarang benar-benar merahasiakan tentang perasaannya. Yang aku tahu, penanya selalu mengatakan, “dia yang mengatakan pada yang membuatku ada, yang akan mendapatkan jawabannya.”
Kalau takdir sudah berkehendak, maka tidak ada apapun yang bisa memisahkan. Melalui pena ini, kukembalikan hati yang pernah kujaga. Kukembalikan nama yang bertahun membuatku tersenyum juga menangis. Kukembalikan kisah pada keindahan skenario-Nya. Aku ingin berbahagia di taman bungaku. Dan kamu, berbahagialah di hamparan luasmu. Bawa cahayamu jika benar kau ingin jadikanku bulan di malammu. Lakukan saja, jangan janjikan. Toh, takdir Tuhan, tidak akan pernah tertukar.
Tanpa sepatah kata pun, perempuan itu pamit. Ia pamit pada hatinya sendiri.
Tidak ada yang perlu disesali dari sebuah perasaan yang menyesakkan, karena fitrahnya manusia mengalami itu. Tapi membiarkan rasa sesak berlarut dalam penantian juga tidak baik. Lebih baik menyibukkan diri belajar, menyibukkan diri memperbaiki kualitas hati dan diri, meyibukkan diri bercerita bersama taman-taman bunga. Perempuan itu, mungkin nanti juga akan jatuh lagi. Mungkin ia akan menangis lagi. Tapi, semoga tulisan ini membuatnya ingat, bahwa takdir-Nya tidak akan pernah tertukar. Semoga tulisan ini membuatnya tegar. Semoga membuat tegar pula perempuan-perempuan lain yang tengah jengah oleh rasa sakit, rindu, galau, dan perasaan lain karena “Langit” mereka.
Kuawali cerita ini dari sebuah “selesai”. Bismillah.